Mengemas Rumah Sakit Berkualitas 1
Sekelumit cerita dibalik sebuah tugas khusus.
Setelah melalui pertimbangan panjang, akhirnya saya putuskan mempublikasikan tulisan ini dengan harapan mendapat masukan untuk perbaikan dari berbagai pihak. Sesuai judul posting, tulisan ini masih berupa draft, saya beri judul "Pokok-pokok Pikiran Sistem Pengelolaan RSUD Samarinda".
Rasanya aneh tugas tersebut diberikan kepada saya seorang diri, tidak boleh membentuk tim atau sejenisnya ... tambah aneh. Tentu tidak mungkin, karenanya diam-diam menghubungi temen-temen yang sudah berpengalaman di bidang tersebut, terutama para pelaku utama atau yang pernah menjadi bagian penting di Rumah Sakit.
Sedangkan saya sama sekali tidak punya spesifikasi pendidikan formal dalam hal manajemen RS atau sejenisnya. Mengapa Pemkot Samarinda memberikan tugas multikompleks ini kepada saya? Sebaiknya tanya sendiri kepada beliau-beliau ... hehehe.
Baiklah, sekilas saya ceritakan kronologisnya.
Begitulah ceritanya, aneh kan ... lha kapan nulis isinya?
Sabaaarrr friends, sebelum masuk ke inti tulisan masih ada 2 posting lagi tentang hiruk pikuk mencari bentuk RSUD dan peran personil kesehatan Dati II di era desentralisasi, seiring implementasi UU Otonomi Daerah ... yaaahhh masih lama ...
Tenang, versi pdf dan ringkasan presentasi dalam format flash swh akan saya sertakan di akhir tulisan untuk didownload ... hehehe.
Namanya juga serial, nggak tahu ntar posting "Mengemas RSUD berkualitas" sampai seri berapa, kayaknya ngga ada kata akhir .... silahkan menunggu seri berikutnya ...
salam
cm
:)
Setelah melalui pertimbangan panjang, akhirnya saya putuskan mempublikasikan tulisan ini dengan harapan mendapat masukan untuk perbaikan dari berbagai pihak. Sesuai judul posting, tulisan ini masih berupa draft, saya beri judul "Pokok-pokok Pikiran Sistem Pengelolaan RSUD Samarinda".
Rasanya aneh tugas tersebut diberikan kepada saya seorang diri, tidak boleh membentuk tim atau sejenisnya ... tambah aneh. Tentu tidak mungkin, karenanya diam-diam menghubungi temen-temen yang sudah berpengalaman di bidang tersebut, terutama para pelaku utama atau yang pernah menjadi bagian penting di Rumah Sakit.
Sedangkan saya sama sekali tidak punya spesifikasi pendidikan formal dalam hal manajemen RS atau sejenisnya. Mengapa Pemkot Samarinda memberikan tugas multikompleks ini kepada saya? Sebaiknya tanya sendiri kepada beliau-beliau ... hehehe.
Baiklah, sekilas saya ceritakan kronologisnya.
Suatu malam, tepatnya Rabo malam Kamis, 21 Juni 2006 jam 21.49 wita, pas lagi enak-enaknya praktek, ngga biasanya beberapa sms masuk nyaris bersamaan dan diantaranya tilpon langsung dari salah seorang pejabat dilingkungan Pemkot menyampaikan permintaan pak Walikota yang isinya "secret" .... maaf, bukan secret hidung atau secret lain dari tubuh kita lho, pokoknya "secret" gitu ... beberapa sms yang saya buka belakangan ternyata menceritakan bahwa malam itu ada rapat terbatas di rumah jabatan Walikota tentang pengelolaan RSUD Samarinda yang baru rampung dibangun (gresss), berlantai 2 senilai 126 milyar rupiah lebih. Itupun baru tahap pertama yang akan dilanjutkan dalam rentang waktu 3 tahun. Akhir paragraf sms, sama isinya dengan tilpon, yakni "secret".Alhasil cuti 2 minggu malah seperti studi banding, melihat and melongok urusan dapur RS mulai tipe C plus sampai swasta berlantai 14, ... dari Surabaya, Jogja, Magelang hingga Jember. Kemana-mana bawa laptop, kamera digital, flash disk dan harddisk eksternal. Tak lupa, malamnya browsing mencari referensi. Waktu sepuluh hari tersita untuk urusan tersebut, sisanya untuk keluarga. Untungnya anak mertua (istri) ngga ngomel ... hehehe ... untungnya juga banyak temen mbantuin ... untung terussss. Dan akhirnya, saat kembali ke Samarinda, draft sudah tercetak rapi, lengkap dengan draft Perda sebagi bonus.
Selasa siang 26 juni 2006, dapat tilpon dari Ka.TU DKK Samarinda, bahwa pak Sekretaris Kota ingin bertemu berdua secara khusus di ruangan beliau. Malam harinya, waktu pertemuan disepakai hari Rabo, 27 Juni 2006 jam 10-12.00 wita, karena hari Kamisnya tanggal 28 Juni-12 Juli, kami sekeluarga cuti liburan ke Jawa. Saat KaTU DKK saya tanya agenda pertemuan, beliau hanya bilang :" pak Sekkot kangen aja, tapi penting". Koq kangen sih, dua bulan sebelumnya kami juga bertemu berdua, membicarakan masalah kesehatan dan masalah permohonan pindah saya dan hal lain yang "secret". Sebenarnya sih saya sudah menduga, paling-paling terkait pengelolaan RSUD, konon type C plus.
Benar saja, diawali sedikit basa basi, 30 menit pertama dialog "secret" terjadi. Setelah pembicaraan "secret" tadi, akhirnya beliau meminta dibuatkan draft sistem pengelolaan RSUD dalam waktu 2 minggu. Nah yang ini tidak bisa saya tolak. Jam 12.30 wita keluar dari ruangan beliau, go home.
Begitulah ceritanya, aneh kan ... lha kapan nulis isinya?
Sabaaarrr friends, sebelum masuk ke inti tulisan masih ada 2 posting lagi tentang hiruk pikuk mencari bentuk RSUD dan peran personil kesehatan Dati II di era desentralisasi, seiring implementasi UU Otonomi Daerah ... yaaahhh masih lama ...
Tenang, versi pdf dan ringkasan presentasi dalam format flash swh akan saya sertakan di akhir tulisan untuk didownload ... hehehe.
Namanya juga serial, nggak tahu ntar posting "Mengemas RSUD berkualitas" sampai seri berapa, kayaknya ngga ada kata akhir .... silahkan menunggu seri berikutnya ...
salam
cm
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar