aplikasi informatika kedokteran
Sungguh menarik ulasan "informatika kedokteran" oleh Dr. Erik Tapan MHA dalam kolom opini majalah dokter kita edisi Nopember 2006. Tulisan tersebut mengungkap cukup lengkap dan padat hal ikhwal informatika kedokteran atau istilah sejenis, mulai dari definisi, delapan item besar cakupan pelayanan kedokteran, pengenalan piranti penunjang, cara mempelajari hingga tiga langkah saran beliau dalam upaya pengembangan informatika kedokteran. Sentilan halus sekaligus tantangan bagi kita kalangan medis untuk lebih membuka diri khususnya di bidang yang satu ini, terkait dengan sistem informasi yang bersifat take and give, maupun penunjang pelayanan kedokteran.
Sejalan dengan pesatnya laju teknologi informasi, tak pelak dunia kedokteran nan multi kompleks dan melibatkan nyaris semua kalangan, suka atau tidak suka memaksa insan medis untuk terlibat di dalamnya. Menurut hemat saya, informatika kedokteran tidaklah serumit yang dibayangkan. Kalau boleh menganalogikan, sama mudahnya dengan pemakaian handphone yang sejatinya juga salah satu piranti teknologi informasi (dan komunikasi) mobile.
Untuk itulah penulis merasa ikut terpanggil menulis beberapa hal seputar teknologi informasi sederhana dalam kaitannya dengan kemanfaatan di bidang layanan medis maupun informasi kedokteran dan kesehatan.
Untuk itulah penulis merasa ikut terpanggil menulis beberapa hal seputar teknologi informasi sederhana dalam kaitannya dengan kemanfaatan di bidang layanan medis maupun informasi kedokteran dan kesehatan.
Piranti
Tak dapat dipungkiri, bahwa teknologi informasi identik dengan komputer dengan segala asesori perangkat keras (hardware) dan perangkat lunaknya (software), baik berupa personal computer, laptop, tablet pc, maupun pda. Dari pelbagai jenis, produk dan generasi tersebut, insan medis paling tidak bisa membeli salah satunya. Pun demikian dengan piranti lunak, begitu banyak software berlabel "freeware" alias gratis non limited berkualitas tinggi bisa didownload secara cuma-cuma, termasuk yang open source semisal mysql, php, linux dan lain-lain, bahkan bagi para pelanggan majalah komputer, mendapatkan cd atau dvd bonus berisi beragam software aplikasi. Layout aplikasi office, seperti pengolah kata (word), spreadsheets (excell), presentasi (powerpoint), animasi (flash), brosur, html dan lain-lainpun tersedia template berlabel gratis. Jadi ditinjau dari peralatan dan perangkat penunjangnya, boleh dikata tidak ada kesulitan, lebih-lebih untuk institusi kesehatan, bahkan sekelas Puskesmas sekalipun.
Saya yakin hampir semua Dinas Kesehatan tingkat II memiliki komputer, dan tidak sedikit yang memiliki spesifikasi sekelas pentium IV.
Namun ditinjau dari segi minat dan kemampuan optimalisasi perangkat teknologi informasi tersebut, sampai kini masih jauh dari harapan.
Saya yakin hampir semua Dinas Kesehatan tingkat II memiliki komputer, dan tidak sedikit yang memiliki spesifikasi sekelas pentium IV.
Namun ditinjau dari segi minat dan kemampuan optimalisasi perangkat teknologi informasi tersebut, sampai kini masih jauh dari harapan.
Realita
Secara umum, informatika kedokteran (maaf, saya mencoba membiasakan diri dengan istilah ini) di negara kita boleh dikatakan agak tertinggal dengan negara tetangga, semisal Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Singapura.
Memang sudah cukup banyak yang memanfaatkan teknologi informasi, terbukti dengan bertebarannya situs, blog, live journal, komunitas online berlabel kesehatan atau kedokteran di internet, baik yang dikelola secara perseorangan, kelompok maupun institusi. Sungguh penulis salut dan hormat kepada sejawat insan medis dan para senior yang merelakan waktunya berbagi informasi kedokteran di dunia maya.
Sayangnya perkembangannya tidak sepesat bidang lain seperti web designer, fotografi, komunitas flash, news, blog dan sejenisnya yang justru tumbuh dan berkembang tanpa melulu menggantungkan anggaran.
Penulis sependapat dengan opini Dr. Erik Taspan MHA tentang tidak adanya standarisasi terkait aplikasi informatika kedokteran. Piranti, format dan operasionalisasi boleh berbeda, tetapi output yang dihasilkan setidaknya dapat dimengerti oleh internal kedokteran, lebih bagus bila dapat dipahami pula oleh khalayak.
Salah satu contoh riil adalah penerapan laporan diagnosa penyakit bagi institusi pelayanan medis dari tingkat primer sampai tersier. Hingga kini siapa yang berani menjamin bahwa record and report untuk urusan pelaporan penyakit di negeri ini benar adanya? Berapa persen Rumah Sakit tipe D hingga tipe A yang sudah menggunakan ICD 10? Berapa persen pula Puskesmas, Dinas Kesehatan Tingkat II dan Dinas Kesehatan Tingkat I yang menggunakan ICD 10 dalam LB1?
Bayangkan ketika tertulis angka kesakitan Demam Berdarah Dengue tercatat sekian persen di sebuah Propinsi, niscaya negara tetangga tidak mengerti apa itu DBD. Beda halnya bila menggunakan ICD 10 atau ICD berikutnya, begitu tertulis kode A.91, kalangan medis negara lain paham bahwa yang dimaksud adalah Dengue haemorrhagic fever walau kita menulisnya dengan DBD atau sebutan apapun. Demikian pula dengan jumlah penyakit terbanyak, bisa-bisa akan muncul penyakit lain-lain di jajaran 10 besar penyakit terbanyak.
Padahal konon program penerapan ICD 10 sudah diuji cobakan di beberapa daerah, bahkan memakai jasa konsultan.
Memang sudah cukup banyak yang memanfaatkan teknologi informasi, terbukti dengan bertebarannya situs, blog, live journal, komunitas online berlabel kesehatan atau kedokteran di internet, baik yang dikelola secara perseorangan, kelompok maupun institusi. Sungguh penulis salut dan hormat kepada sejawat insan medis dan para senior yang merelakan waktunya berbagi informasi kedokteran di dunia maya.
Sayangnya perkembangannya tidak sepesat bidang lain seperti web designer, fotografi, komunitas flash, news, blog dan sejenisnya yang justru tumbuh dan berkembang tanpa melulu menggantungkan anggaran.
Penulis sependapat dengan opini Dr. Erik Taspan MHA tentang tidak adanya standarisasi terkait aplikasi informatika kedokteran. Piranti, format dan operasionalisasi boleh berbeda, tetapi output yang dihasilkan setidaknya dapat dimengerti oleh internal kedokteran, lebih bagus bila dapat dipahami pula oleh khalayak.
Salah satu contoh riil adalah penerapan laporan diagnosa penyakit bagi institusi pelayanan medis dari tingkat primer sampai tersier. Hingga kini siapa yang berani menjamin bahwa record and report untuk urusan pelaporan penyakit di negeri ini benar adanya? Berapa persen Rumah Sakit tipe D hingga tipe A yang sudah menggunakan ICD 10? Berapa persen pula Puskesmas, Dinas Kesehatan Tingkat II dan Dinas Kesehatan Tingkat I yang menggunakan ICD 10 dalam LB1?
Bayangkan ketika tertulis angka kesakitan Demam Berdarah Dengue tercatat sekian persen di sebuah Propinsi, niscaya negara tetangga tidak mengerti apa itu DBD. Beda halnya bila menggunakan ICD 10 atau ICD berikutnya, begitu tertulis kode A.91, kalangan medis negara lain paham bahwa yang dimaksud adalah Dengue haemorrhagic fever walau kita menulisnya dengan DBD atau sebutan apapun. Demikian pula dengan jumlah penyakit terbanyak, bisa-bisa akan muncul penyakit lain-lain di jajaran 10 besar penyakit terbanyak.
Padahal konon program penerapan ICD 10 sudah diuji cobakan di beberapa daerah, bahkan memakai jasa konsultan.
Contoh lain adalah billing system, yang mestinya sudah menjadi keharusan di setiap Rumah Sakit Pemerintah sebagai institusi layanan publik. Walaupun pengguna jasa pelayanan tidak memintanya, kewajiban pihak Rumah Sakit untuk memberikan kuitansi rinci setiap item pelayanan sebagai bentuk pertanggung jawaban dan penghormatan kepada pengguna jasa pelayanan medis. Selain itu untuk monitor dan evaluasi lalu lintas layanan semua instalasi pelayanan medik yang pada gilirannya bermanfaat dalam penyusunan perencanaan yang akurat. Sudahkah semua Rumah Sakit Pemerintah menggunakan billing system? Rasanya belum. Persoalan klasik seperti tidak tersedianya software, tidak adanya pelatihan, terbatasnya anggaran dan lain-lain hanyalah bentuk defend mechanism yang tak berujung.
Pemecahannya tidak harus menggunakan piranti lunak canggih seperti mysql, visual basic atau sejenisnya. Dengan yang sederhana seperti ms access, ms excell atau open office spreedsheet gratisanpun sudah bisa membuat billing system yang memadai. Pengembangan ke arah perbaikan, akan berjalan dengan sendirinya.
Menilik kondisi dan contoh di atas, menurut hemat penulis persoalan utamanya adalah kurangnya minat dan kemauan. Minat untuk maju dan memberikan berbagai bentuk layanan serta informasi yang bermanfaat serta kemauan untuk mengoptimalkan perangkat yang tersedia. Jangan sampai di sebuah Dinas Kesehatan Tingkat II atau tingkat I, komputer sekelas pentium IV hanya untuk mengetik belaka.
Pemecahannya tidak harus menggunakan piranti lunak canggih seperti mysql, visual basic atau sejenisnya. Dengan yang sederhana seperti ms access, ms excell atau open office spreedsheet gratisanpun sudah bisa membuat billing system yang memadai. Pengembangan ke arah perbaikan, akan berjalan dengan sendirinya.
Menilik kondisi dan contoh di atas, menurut hemat penulis persoalan utamanya adalah kurangnya minat dan kemauan. Minat untuk maju dan memberikan berbagai bentuk layanan serta informasi yang bermanfaat serta kemauan untuk mengoptimalkan perangkat yang tersedia. Jangan sampai di sebuah Dinas Kesehatan Tingkat II atau tingkat I, komputer sekelas pentium IV hanya untuk mengetik belaka.
Angan dan Harapan
Penulis berulang kali mengajak ngobrol sesama sejawat tentang pemanfaatan informatika kedokteran, sekaligus menyampaikan angan dan harapan. Tentu bukan angan dan harapan semacam impian kosong, contoh sederhana sudah dibuat, koleksi piranti lunak tinggal pakai dan tutorial singkat juga tersedia.
Berikut ini adalah angan dan harapan yang boleh jadi segera menjadi kenyataan di pelbagai pelosok negeri ini.
Ketika musim seminar kedokteran tiba, betapa enaknya bila penyelenggara sudah menyiapkan skedul, materi cetak dan versi presentasi juga sudah online beberapa hari sebelumnya. Saat hari H, waktunya lebih efisien, lebih hebat lagi bila pertanyaan sudah disampaikan kepada narasumber melalui email atau moderator penyelenggara, dijamin diskusi lebih hidup, seminar lebih mantap. Apalagi bila menggunakan fasilitas office online (ada yang gratisan menyediakan fasilitas presentasi, tabel, grafik dan flow chart), teleconference bukan lagi hal yang mustahil. Berlainan kota bukan lagi hambatan. Bila selama ini yang pasti baru biaya, jadwal makan, hotel dan doorprize, dengan informatika kedokteran hal yang lebih mendasar, yakni pembahasan topik seminar, bisa lebih bagus dan materi dapat tersimpan di media penyimpanan online versi gratisan.
Ketika rapat evaluasi program di sebuah Dinas Kesehatan tingkat I tiba, alangkah idealnya bila sebelumnya sudah diadakan diskusi online para kepala dinas kesehatan tingkat II. Tabel angka pencapaian absolut dan proporsi setiap kegiatan bisa ditampilkan secara online, grafik bisa dilihat bersama, materi presentasi ditampilkan dalam multi tabs browser, semuanya lagi-lagi gratisan, yang tidak gratis hanya pulsa tilpon. Tapi tidak usah kecil hati, mari kita hitung biaya pulsa online selama 10 jam misalnya, bandingkan dengan biaya transport seorang kepala dinas, termasuk lunsum dan hotelnya plus biaya tak terduga. Toh biaya tilpon institusi pemerintah ditanggung anggaran daerah.
Andaikan setelah itu semua kepala dinas kesehatan tingkat II harus bertemu karena berbagai alasan, tetaplah pemanfaatan informatika kedokteran sebelum pertemuan adalah bentuk kesiapan dan penghematan.
Andaikan setelah itu semua kepala dinas kesehatan tingkat II harus bertemu karena berbagai alasan, tetaplah pemanfaatan informatika kedokteran sebelum pertemuan adalah bentuk kesiapan dan penghematan.
Ketika musim pelatihan suatu program kesehatan di tingkat propinsi tiba, terbayang panduan dan materi sudah bisa didownload oleh setiap peserta masing-masing dinas kesehatan tingkat II sebelum hari pelaksanaan. Lebih bagus lagi bila penyelenggara sudah mengirimkannya dalam bentuk cd, baik materi cetak maupun materi presentasi. Sebuah cd kualitas bagus seharga Rp3.000,- (tiga ribu perak) tentu lebih murah dibandingkan biaya cetak atau fotocopy. Toh dinas kesehatan tingkat II bisa mencetaknya sendiri, dinas kesehatan mana sih yang tidak punya printer? Lagi-lagi hemat waktu dan biaya.
Ketika diadakan konsultasi teknik baru suatu kasus tindakan teknis medis misalnya, alangkah lebih bagusnya bila sebelumnya sudah dipandu secara online melalui video online secara berulang atau slow motion. Sehingga ketika saat bimbingan teknis tiba, peserta bisa fokus kepada intisari teknis medisnya, tanpa disibukkan dengan acara seremonial yang kadang lebih panjang dari acara inti saking banyaknya yang memberikan pidato sambutan.
Ketika diperlukan medical review suatu kasus penyakit yang melibatkan beberapa disiplin ilmu spesialistik, betapa lebih mudahnya bila didiskusikan bersama secara online. Kronologi kondisi penderita dapat dilihat para ahli yang terlibat, beragam pemeriksaan penunjang diagnostik dapat ditampilkan multi tabs browser secara interaktif. Serial ivp, ct-scan, bermacam hasil pemeriksaan radiologis, laboratorium klinik termasuk mikroskopis dan lainnya dapat ditampilkan melalui fasilitas digital imaging dengan software olah gambar atau olah foto gratisan seperti irfan view atau sejenisnya.
Sehingga, diakui atau tidak, pemanfaatan informatika kedokteran secara optimal dapat lebih bermanfaat bagi penggunanya dan tentu bagi penderita.
Sehingga, diakui atau tidak, pemanfaatan informatika kedokteran secara optimal dapat lebih bermanfaat bagi penggunanya dan tentu bagi penderita.
Ketika insan medis memerlukan referensi, alangkah mudahnya bila semua fakultas kedokteran di negeri ini menyediakan online library. Jurnal, karya tulis, dan hasil penelitian tersedia dalam bentuk katalog, sungguh sangat membantu dan bermanfaat. Tentu texbook dan buku harus dibeli, akan tetapi setidaknya sinopsis dan harga bisa diinformasikan secara online. Lebih-lebih bila komunitas cabang ilmu kedokteran terbentuk dan aktif update, sehingga siapapun yang memerlukan informasi akan sangat terbantu. Demikian pula informasi jenjang pendidikan dan materi perkuliahan setiap semester serta jumlah sks, dapat diakses oleh berbagai pihak yang memerlukan. Pun saat pendaftaran tiba, alangkah lebih bagusnya bila semua syarat dan biaya sudah diketahui jauh hari, seperti yang kita lihat di beberapa fakultas kedokteran di negeri ini.
Ketika insan medis memerlukan informasi terbaru tentang penyakit, sungguh menyenangkan bila mendapatkannya dengan mudah, lengkap dan teknis aplikatif. Nun harapan tersebut masih amat langka, kalaupun ada hanya sedikit, kebanyakan berupa abstrak dengan ulasan teramat umum, atau cukup lengkap tetapi hanya untuk kasus tertentu yang bersifat program.
Bandingkan dengan sentra-sentra pendidikan kedokteran dan Rumah Sakit negara lain yang bermurah hati menggratiskan download informasi kedokteran terkini secara lengkap dan detail.
Bandingkan dengan sentra-sentra pendidikan kedokteran dan Rumah Sakit negara lain yang bermurah hati menggratiskan download informasi kedokteran terkini secara lengkap dan detail.
Ketika dinas kesehatan tingkat II daerah perkotaan menyelenggarakan rapat evaluasi pencapaian kegiatan tahunan, sekali lagi daerah perkotaan, alangkah efisiennya bila dapat memanfaatkan informatika kedokteran. Bayangkan bila setiap puskesmas menyampaikan realisasi pencapaian kegiatan secara online. Kepala dinas kesehatan dan kasubdin menyaksikan bersama, pun demikian pula puskesmas yang lain dapat mengikuti di tempat masing-masing. Tabel, grafik, presentasi, foto dan video bisa disaksikan bersama. Diskusi sepuasnya, interaktif dan bisa lebih komprehensif.
Ketika jadwal penyuluhan tiba, alangkah lebih bagusnya bila seorang dokter puskesmas atau paramedis di perkotaan, menyampaikan materi penyuluhan dengan piranti audiovisual interaktif, sehingga audien tidak bosan, gambaran lebih nyata. Bayangkan ketika menjelaskan penyakit larva migrans hanya bermodal kata, setelah pulangpun dijamin para audien tidak pernah tahu seperti apa bentuk nyata larva migrans. Berbeda bila terlihat gambar-gambar bentuk klinis larva migrans cutaneaus di berbagai tubuh, di kaki, di tangan, di pantat atau di bagian kulit tubuh manapun, dijamin audien akan menjadi perpanjangan corong kita. Memang peralatan ini tidak murah, tapi bukan berarti tidak mungkin. Harga laptop baru sudah di bawah 10 juta, lcd proyektor baru yang wide screen pun sudah bisa dibawa pulang di bawah 10 juta rupiah.
epilog
Informatika kedokteran, adalah bagian yang tak terpisahkan dengan berbagai aspek kegiatan bagi insan kesehatan, baik di jalur pendidikan, pelayanan publik, informasi (penyuluhan) kesehatan, rekam medik, billing system maupun penelitian dan pengembangan keilmuan.
Itulah angan dan harapan penulis tentang beberapa gambaran aplikasi informatika kedokteran. Tidak mudah memang, namun dengan minat dan kemauan serta kesadaran akan manfaatnya, bayangan di atas bukan tidak mungkin menjadi kenyataan.
Penulis ingin berbaik sangka, bahwa yang belum berminat memanfaatkan informatika kedokteran hanyalah belum friendly use belaka.
Penulis ingin berbaik sangka, bahwa yang belum berminat memanfaatkan informatika kedokteran hanyalah belum friendly use belaka.
4 komentar:
Yth, dr. Erik Taspan
Mohon maaf, saya tidak begitu ahli, namun saya coba langkah-langkahnya.
Fasilitas ini ada di beta Blogger (blogger lama tidak ada, tapi yang ahli mungkin bisa otak atik) dan Wordprss, dan mungkin juga tersedia di layanan penyedia blog lain.
Bila dokter Erik mempunyai akun di beta Blogger (bila masih blogger lama dipersilahkan switch ke beta Blogger), caranya adalah sebagai berikut:
Setelah log in, klik layout lalu klik Page Elements (biasanya begitu klik layout langsung terbuka Page elements).
Langkah berikutnya adalah klik Add Page Element di panel kanan
Akan tampil banyak pilihan:
di Kiri atas ada pilihan List, kemudian Picture, HTML/JavaScript, Feed, Logo, Blog Archive, Links List, Text, Adsense, Label, Profile dan Page Header.
Untuk Blog Archive, Profile dan Page Header sudah ready, jadi tidak perlu diubah walau sebenarnya bisa.
Selanjutnya klik Add To Blog untuk masing-masing item yang diperlukan, misalnya:
Klik Add To Blog item List, maka akan tampil kolom judul dan kolom isian sesuai kemauan kita, bisa judul buku atau apapun. Setelahnya klik Add item, lalu Save changes atau cancel bila dibatalkan. Enaknya di add item semua, belakangan bisa diedit dengan langkah yang sama dan klik Save changes setiap ada perubahan.
Klik Add To Blog item Picture. akan tampil kolom isian. Nah di sini mungkin tempat yang cocok untuk menampilkan Buku-buku karya dr. Erik dengan browse gambar buku yang sebelumnya sudah diseting thumbnail dan bisa dibuat link pemesanan. Pilihan sumber gambar bisa dari komputer atau via situs semisal Photobucket yang dapat menyimpan gambar or video tanpa batas.
Hal yang sama bisa dilakukan dengan Add To Blog HTML/JavaScript untuk menampilkan tulisan atau gambar animasi dengan menuliskan kode html/javascript.
Feed untuk membuat liks fitur feed, sedangkan logo untuk menempatkan logo Blogger di panel kanan. Yang ini tinggal klik aja.
Klik Add To Blog item Link List, maka tampil kolom isian alamat blog atau situs yang akan di link dengan pilihan sortir abjad atau sebaliknya atau tanpa sortir. Lalu seperti sebelumnya klik add link untuk setiap link.
Klik Add To Blog item Text, maka tampil kolom isian text yang ingin kita tulis. Pengaturannya bisa dengan editor biasa atau dengan kode html. Inipun bisa diberi link untuk text yang akan dibuat menuju rujukan situs atau blog atau halaman tertentu. Setelahnya save changes.
Klik Add To Blog item AdSense, akan tampil isian untuk daftar akun AdSense Google. Yang ini untuk promosi di blog kita, konon menghasilkan, tapi saya belum berani coba. Mungkin cocok untuk dr. Erik.
Klik Add To Blog item Labels, muncul daftar label atau kategori yang pernah kita posting sesuai dengan kategori. Misalnya kita posting tentang "menginternetkan dokter dan mendokterkan internet, tulisan posting tersebut kita beri label health Informatics di layar posting sebelah kanan bawah, maka label Health informatics akan muncul di Kategori. Demikian seterusnya akan muncul kategori Health, Medical dll sesuai kategori atau labels yang kita tuliskan setiap posting.
Semua penempatan Page Elements kita atur kemudian dengan drag ke tempat yang diinginkan di panel sebelah kanan.
Untuk Wordpress langkahnya mirip, yakni setelah log in, klik Presentation, lalu klik Sidebar Widget untuk mengatur pernak pernik seperti di Blogger. Caranya mirip, dengan drag item widget yang tersedia di bagian bawah Sidebar Arrangement. Bila dikemudian hari kurang cocok, tinggal merubah dengan cara yang sama.
Demikian, langkah singkatnya dok, maaf bila terlalu pendek atau mungkin terlalu panjang. Bravo "Dokter Web Id Indonesian Medical Doctors Community" dan Informatika Kedokteran Indonesia.
Sukses selalu ...
Yth, dr. moki
aplikasi informatika kedokteran memang masih jauh dari kenyataan,tp apa salahnya sedikit berusaha?.
kemarin aku sempat utak atik Patient OS, software EMR (electronic medical record) freeware multiplatform yang cukup menjanjikan digunakan di indonesia.mampu berjalan di linux dan windows..
saat ini saya sedang mencoba me-remaster Ubuntu Hardy 8.04 untuk kepentingan medis, rencananya akan dilengkapi dengan software EMR Patient OS,,huff...namun sulit jg ternyata...
http://www.juragan-medis.co.cc
Yth. TS Dr. Erik Tapan,
Mungkin mas Erik masih ingat saya, ketika ketemu di Jakarta 2 tahun yg lalu. Bicara soal aplikasi informatika kedokteran, sudah saatnya setiap rumah sakit di Indonesia menerapkan rekam medik elektronik guna meningkatkan mutu layanan medik dan meningkatkan status rumah sakit itu sendiri. Demikian komentar saya, sampai jumpa lagi, terima kasih.
Dr. Alwi Shahab, SpPD,K-EMD
Palembang (shahabalwi@yahoo.com)
Dear Cak Moki,
Apa kabar? Salam kenal dari saya di Palembang. Mohon maaf tadi kirim komentar buat mas Erik Tapan diblognya Cak Moki, sekali lagi mohon maaf dan terima kasih atas izinnya. Ngomong2 kalau ke Palembang, silahkan mampir ke tempat saya di Bagian Penyakit Dalam RSUP Dr. Mohd.Hoesin Palembang. Kalau mau sms-an ini no hp saya : 087897111119
Sampai ketemu lagi,
Wassalam,
Dr. Alwi Shahab, SpPD,K-EMD
(shahabalwi@yahoo.com)
Posting Komentar